Ia Ingin Bebas (2)

Posted: Sabtu, 13 April 2013 by Tyara Way in Label:
0








Karya: Yulida Medistiara
Tak terasa dari ufuk timur muncul cahaya indah bersinar, hangat. Cahaya itu yang menyelamatkanku dari kegelapan, dari risau di tengah malam. Sekali lagi ia bergumam, “Aku ingin bebas! Ingin bebas dari tatapan si Elang! Tolong... Tolong aku.”

“Bagaimana ini apa yang terjadi denganku? Kegelapan itu semalam merenggut sebagian risauku, namun masih menyisakkan gelisah. Apa sesungguhnya yang harus kulakukan? Isak tangis tak lagi membuatku tenang. Aku ingin bebas dari dalam sangkar ini! Aku mohon. Aku tak mau menjadi santapan elang”, ronta anak burung itu.

“Aaah ada kawat di dalam sangkar!”, pikirnya; terbesit pikiran hina, “Aku tusuk saja kawat runcing itu ke perutku! Tak sudi tubuhku menjadi santapan elang!”.

“Oh My Darling tidak usahkah kau risau seperti itu. Anggap saja Elang itu hanya khayalan”, sisi lain dirinya berkata.

“Aku sudah muak dengan semua ini. Tolong! Jauhi aku”.
Fikiranku kotor, Hina. Aku salah sampai mempunyai niat mengakhiri hidup, bukan hanya gertak sambal. Pendek sekali fikiranku!. Lantas apa yang harus kulakukan di dalam sangkar ini? Menunggu keajaiban membebaskanku? Begitukah?.

“Berdo’a lah, ini semua cobaan! Cobaan itu akan berakhir hingga membuatmu kuat, melebihi dirimu yang dulu. Tegarlah! Jangan menatapku parau. Sudah Cukup kau menyiksa diri sekarang berdiri dan berlari lah! Tidakkah kau fikirkan jalan lain? Masih ada jalan menuju Roma!. Begitu juga kau! Apa yang kau lakukan ini tidak ada gunanya. Menyesali perbuatan dulu itu hanya tamengmu agar dekat dengan kesedihan. Sudah! Kini saatnya maju, hiraukan hal-hal yang membuatmu tidak bernafas lega! Tinggalkan”.

“Aku mencoba. ‘Tolong bantu aku Elang’. Terimakasih saranmu. Sesungguhnya kau adalah bagian dari hidupku. Aku masih seperti anak kecil. Berutung aku mengenalmu. Do’akan aku ya! Do’akan aku selamat”.

“Selalu! Do’a ibu untukmu nak!. Ingat ya.. Terus berlari! Gunakan dan fikirkan apa yang dapat kau lakukan tanpa bergantung pada satu hal saja. Jangan monoton! Don’t full your brain with the thing that disturb you to keep running, its easy just ignore!”, pesan sisi lain.

0 komentar:

Ia Ingin Bebas (2)








Karya: Yulida Medistiara
Tak terasa dari ufuk timur muncul cahaya indah bersinar, hangat. Cahaya itu yang menyelamatkanku dari kegelapan, dari risau di tengah malam. Sekali lagi ia bergumam, “Aku ingin bebas! Ingin bebas dari tatapan si Elang! Tolong... Tolong aku.”

“Bagaimana ini apa yang terjadi denganku? Kegelapan itu semalam merenggut sebagian risauku, namun masih menyisakkan gelisah. Apa sesungguhnya yang harus kulakukan? Isak tangis tak lagi membuatku tenang. Aku ingin bebas dari dalam sangkar ini! Aku mohon. Aku tak mau menjadi santapan elang”, ronta anak burung itu.

“Aaah ada kawat di dalam sangkar!”, pikirnya; terbesit pikiran hina, “Aku tusuk saja kawat runcing itu ke perutku! Tak sudi tubuhku menjadi santapan elang!”.

“Oh My Darling tidak usahkah kau risau seperti itu. Anggap saja Elang itu hanya khayalan”, sisi lain dirinya berkata.

“Aku sudah muak dengan semua ini. Tolong! Jauhi aku”.
Fikiranku kotor, Hina. Aku salah sampai mempunyai niat mengakhiri hidup, bukan hanya gertak sambal. Pendek sekali fikiranku!. Lantas apa yang harus kulakukan di dalam sangkar ini? Menunggu keajaiban membebaskanku? Begitukah?.

“Berdo’a lah, ini semua cobaan! Cobaan itu akan berakhir hingga membuatmu kuat, melebihi dirimu yang dulu. Tegarlah! Jangan menatapku parau. Sudah Cukup kau menyiksa diri sekarang berdiri dan berlari lah! Tidakkah kau fikirkan jalan lain? Masih ada jalan menuju Roma!. Begitu juga kau! Apa yang kau lakukan ini tidak ada gunanya. Menyesali perbuatan dulu itu hanya tamengmu agar dekat dengan kesedihan. Sudah! Kini saatnya maju, hiraukan hal-hal yang membuatmu tidak bernafas lega! Tinggalkan”.

“Aku mencoba. ‘Tolong bantu aku Elang’. Terimakasih saranmu. Sesungguhnya kau adalah bagian dari hidupku. Aku masih seperti anak kecil. Berutung aku mengenalmu. Do’akan aku ya! Do’akan aku selamat”.

“Selalu! Do’a ibu untukmu nak!. Ingat ya.. Terus berlari! Gunakan dan fikirkan apa yang dapat kau lakukan tanpa bergantung pada satu hal saja. Jangan monoton! Don’t full your brain with the thing that disturb you to keep running, its easy just ignore!”, pesan sisi lain.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar


MY CHEMICALROMANE - THE TRUE LIVES OF THE FABULOUS KILLJOYS